03 March 2011

KALA IBLIS MENERIMA LAPORAN…

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Suatu hari Iblis menerima laporan dari anak buahnya, “hari ini saya berhasil memisahkan si fulan dari istrinya”, “hari ini saya berhasil memperdayai dan menghasut istri si fulan agar menuntut cerai dari suaminya”…dan banyak lagi laporan-laporan sejenis lainnya. Ini bukanlah penggalan berita yang ditayangkan oleh infotainment yang menjadi suguhan tetap televisi yang jelas-jelas berisi ghibah, tetapi laporan yang diterima Iblis itu adalah nyata dan memang demikian mekanisme yang berlaku di antara Iblis dan pasukannya.

Saya tergerak membicarakan mengenai laporan Iblis untuk hal yang satu ini menilik kecenderungan manusia jaman sekarang ini memandang rendah arti pernikahan karena beragam faktor dan alasan. Meskipun sudah menjadi berita sehari-hari yang tidak lagi istimewa, membicarakan masalah yang satu ini bagi saya masih tetap membuat hati ini berdebar, perut saya rasanya melilit, terbayang kesedihan dan kehancuran hati malaikat-malaikat kecil kita, ada hati-hati kecil yang remuk redam cuma gara-gara salah satu atau kedua orang tua mereka berpaling satu sama lain atau berpaling ke orang lain.

Pernahkan teman-teman merenungi kenapa sekarang ini sangat mudah bagi seorang suami atau istri untuk memutuskan menceraiberaikan keluarganya sendiri? Kisah mengenai percakapan antara pasukan Iblis dengan sang Iblis saya sampaikan demi membuat teman-teman memahami betapa skenario Iblis untuk menjerumuskan manusia sungguh taktis dan strategis.

Kenapa saya katakan demikian, karena keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah adalah keluarga yang mampu menghasilkan keturunan yang kuat, anak-anak yang sholeh dan sholehah, tempat kita bergantung doa kelak saat kita menghuni rumah kita di alam barzakh yang akan menerangi kubur kita yang berukuran 1x2 meter dengan amalan dan doa mereka yang diijabah oleh Allah swt, hanya karena mereka tergolong anak-anak yang sholeh dan sholehah. Tentunya akan sia-sia pekerjaan Iblis dan pasukannya yang sudah berusaha keras menggoda manusia, jika pada akhirnya Allah mengampuni dosa hambaNya. Namun memang demikianlah janji Allah swt kepada siapapun manusia yang memohon ampun kepadaNya.

Jelas iblis berkepentingan dengan urusan amar makruf nahi munkar ini. Iblis menginginkan setiap manusia melakukan yang dilarang dan melalaikan yang diwajibkan. Segala hal yang menuju kebaikan merupakan pantangan dalam kamus Iblis. Kita tentu ingat bahwa Iblis juga diijinkan oleh Allah swt untuk menggoda anak cucu adam sampai Hari Perhitungan nanti. Yang pasti Iblis tidak ingin hanya golongannya saja yang akan menghuni neraka jahannam yang kekal, naudzubillah. Meskipun Allah mengijinkan Iblis menggoda manusia, namun Allah Maha Pemberi Rahmat telah berjanji akan memberikan ampunan kepada siapapun yang bertobat dengan taubatan nasuha.

Saya pernah menulis mengenai masalah perkawinan dalam Kisah Tentang Sepasang Rel Kereta. Saya ingin membicarakan lebih lanjut mengenai masalah ini karena sepertinya memang Iblis dan anteknya sangat berambisi untuk merusak setiap rumah tangga, termasuk rumah tangga yang diawali dengan kesucian. Saya ingin membicarakan pernikahan yang sakral dan suci yang kemudian dirusak oleh Iblis berserta pasukannya.

Saya tidak bermaksud menggurui siapa pun, bahkan saya sendiri pun tidak memiliki kemampuan membaca nasib perkawinan saya sendiri. Namun, saya memiliki keyakinan bahwa Allah Maha Pelindung dan maha luas kasih sayangNya, sehingga saya tidak mau membiarkan diri saya menjadi takut, khawatir yang berlebihan apalagi sampai paranoid terhadap segala sesuatu yang bukan di bawah kendali kita. Bagi saya segala sesuatu yang bukan di bawah kendali kita adalah batas kemampuan kita, itulah pagar maya yang kita harus sadari. Diluar itu semua, merupakan pengaturan mutlak dari Allah swt. Salah satu hal yang semestinya berada di bawah kendali kita adalah cara kita bersikap tatkala datang suatu musibah ke dalam hidup kita. Kita memiliki pilihan, apakah kita berjuang mati-matian untuk menyelesaikan persoalan yang ada menurut cara dan kemampuan kita, atau kita memilih untuk berserah diri kepada Sang Maha Kuasa, Maha Pengatur. Petunjuk telah diberikan oleh Allah swt tersebar dalam Al Qur’an, kita hanya perlu membacanya.

Kembali ke masalah perkawinan yang sah dan suci. Kenapa Iblis menjadikan perusakan perkawinan menjadi satu divisi sendiri dimana ada anteknya yang diberi tanggung jawab untuk memastikan rencana mereka berhasil, yaitu menggiring suatu rumah tangga menuju kehancuran.

Rumah tangga adalah platform bagi kita untuk membina keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah. Bagi setiap muslim, hendaknya mereka menikah karena berarti mereka telah menyempurnakan sebagian ibadahnya, imannya, disamping mengikuti sunah Rasul. Menikah memberikan kita kesempatan untuk menjaga kehormatan.

Banyak rumah tangga saat ini yang goyah bahkan hancur berantakan dikarenakan seorang suami atau istri tergoda wanita atau laki-laki lain. Jika ditanya, rata-rata jawaban mereka adalah mereka sudah tidak menemukan kebahagiaan lagi bersama pasangan masing-masing. Sungguh disayangkan jika suatu rumah tangga, apalagi di dalamnya telah lahir anak-anak yang lucu, pintar, yang siap dibina untuk menjadi anak yang sholeh dan sholehah, dengan mudahnya diluluhlantakan hanya oleh nafsu yang sekejap, sepejam mata, namun membawa akibat dan mudharat yang dahsyat.

Banyak lelaki yang sudah menikah menjadikan Firman Allah mengenai poligami sebagai dasar pembenar perbuatan zalim mereka.

Poligami merupakan suatu opsi, bukan kewajiban, bukan pula dimaksudkan sebagai hak istimewa yang mesti selalu diambil oleh seorang lelaki muslim. Poligami diijinkan dengan syarat-syarat yang demikian tegasnya. Mari kita sama-sama lihat ketentuan yang berbicara mengenai Poligami yang ada dalam Al Quran Surat An Nissaa:

QS: 4.3

Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.

QS: 4.129

Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri (mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Sementara itu, di sisi lain, banyak perempuan yang amat membenci poligami dan ironisnya perempuan itu justru perempuan yang datang kemudian dalam hidup si laki-laki yang umumnya kita kenal sebagai perempuan simpanan atau wanita idaman lain. Kerap mereka memaksa para lelaki yang takluk di bawah lutut mereka untuk menceraikan istri lelaki tersebut sebelum dia bersedia dinikahi oleh lelaki yang lemah tersebut. Memang sungguh ironis, kebanyakan perempuan simpanan sangat mengetahui bahwa laki-laki yang mendekatinya itu sudah berkeluarga dan umumnya mereka hanya memiliki satu keinginan yang nyata terhadap dirinya, yaitu mengajaknya berzina. Sungguh naïf jika seorang wanita, dewasa yang genap akal pikirannya, sampai tidak memahami niat yang terpancar dari sikap seorang lelaki seperti itu.

Al Quran juga mengatur mengenai kriteria pemilihan istri bagi lelaki muslim. Berdasarkan Surat Al Maa-idah ayat 5, Allah sudah mengarahkan mengenai criteria wanita yang layak untuk dijadikan istri. Di dalam ayat yang sama Al Quran juga menyinggung mengenai wanita simpanan dan menyebutnya secara spesifik dengan istilah gundik. Bunyi ayat itu selengkapnya:

[QS 5: 5]

Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar maskawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barang siapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang merugi.

Al Qur’an telah menyinggung mengenai perihal perselingkuhan, jadi masalah perselingkuhan ini bukan masalah baru yang cuma dihadapi oleh rumah tangga mahluk akhir zaman seperti kita-kita ini. Sungguh tragis, jika kita pernah mendengar praktek kawin kontrak, nikah siri yang mungkin dilakukan pula oleh para ahli ibadah sekelas ustad atau kyai terkenal, yang dilakukan untuk melegitimasi perbuatan zina. Allah swt tidak membicarakan mengenai hukum formal ala manusia yang kerap menggunakan akal pikirannya untuk mengambil keuntungan bagi diri mereka sendiri.

Allah swt menegaskan prinsip kebenaran yang mutlak yang hanya hati nurani kita sendiri yang mampu menjawab dan menilainya, bahkan akal pikiran terkadang tidak lagi mampu karena telah dicemari dan dikendalikan oleh hawa nafsu.

Poligami merupakan lembaga yang sakral bukan untuk disalahgunakan untuk melegitimasi hawa nafsu para lelaki. Pada prakteknya poligami dijadikan alasan pembenar bagi para lelaki untuk memuaskan hawa nafsu mereka terhadap wanita yang jelas-jelas tidak memenuhi kriteria dalam Al Qur’an tersebut, yaitu:

  1. perempuan yang menjaga kehormatannya;
  2. perempuan yang beriman;
  3. niat menikahi sebelum terjadinya perzinahan;
  4. bukan untuk berzina; dan
  5. bukan untuk dijadikan gundik.

Sungguh ironis jika seorang suami mengorbankan anak dan istrinya demi menikahi perempuan yang tidak mampu menjaga kehormatan terbukti sudah pernah dizinahinya sebelum adanya pernikahan untuk melegitimasi perzinahan yang sudah terus menerus dilakukan sebelumnya, semuanya hanya untuk alasan sederhana mencari kebahagiaan. Sementara dia berani menzalimi istri dan anak-anaknya yang dapat berakibat pada kehancuran masa depan anak-anak dan kelak memukul dirinya sendiri karena gagal membina anak-anaknya menjadi anak yang sholeh dan sholehah.

Apakah kita memahami kebahagiaan seperti apa yang kita cari di dunia ini, sementara tujuan keberadaan kita di dunia ini hanya satu yaitu menjadi khalifah Allah yang pekerjaannya hanya satu yaitu menyembahNya. Kita di sini bukan mencari kebahagiaan kita masing-masing, bahkan kita kembali kepadaNya kelak pun hanya sendiri, sebagaimana firman Allah swt dalam Surat Al An’am ayat (94):

Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami kurniakan kepadamu; dan Kami tiada melihat besertamu pemberi syafaat yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu Tuhan di antara kamu. Sungguh telah terputuslah (pertalian) antara kamu dan telah lenyap daripada kamu apa yang dahulu kamu anggap (sebagai sekutu Allah).

Satu hal lainnya yang kita harus waspadai dari cara kerja Iblis beserta antek-anteknya adalah, mereka sangat piawai membungkus istilah yang dipakai sehingga mempesona kita, mereka canggih mengemas suatu perbuatan sia-sia dan memberi nama yang memukau manusia. Antara lain, mereka mampu mengemas perzinahan dengan istilah kasih sayang, kebahagiaan; merendahkan perempuan dengan mendandani mereka berpakaian hingga hampir telanjang dengan istilah mode yang ngetrend, sexy, menghargai tubuh yang indah, yang membuat kaum perempuan yang lemah akalnya bisa melayang ke langit ke-7 tanpa sadar dirinya tengah dieksploitasi oleh kaum pria. Bahkan seorang perempuan rela difoto bugil atas nama seni, sungguh itu semua hasil kerja setan, Iblis dan seluruh pasukannya.

Memiliki anak sholeh adalah kepentingan kita sendiri, bukan orang lain. Sungguh aneh jika seorang suami dan bapak, juga seorang istri dan ibu, tidak memahami hal itu. Setelah kita meninggal maka terputus pulalah amal ibadah kita selama di dunia ini kecuali tiga hal:

  1. ilmu yang bermanfaat;
  2. amal jariyah;
  3. doa anak yang sholeh.

Sebaiknya kita pikirkan hal itu sebelum mengambil keputusan untuk berselingkuh, bercerai atau berpoligami yang tidak sesuai dengan tata cara menurut Al Qur’an dan hadits. Janganlah kita memperlakukan hidup ini seperti tengah berjudi. Demi mencari kebahagiaan di dunia kita sampai mengorbankan kehidupan akhirat yang kekal. Terlalu besar taruhannya, kehidupan yang kekal di surga atau neraka jahannam, sungguh keputusan itu bukan keputusan yang sederhana.

Semoga kita semua selalu berada dalam lindunganNya. Amin ya rabbal alamin. Mohon maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenan.

Rasuna, 29 November 2010

Nela Dusan

No comments: