10 September 2012

Sebuah Permohonan

SEBUAH PERMOHONAN

Kadang kita lupa dan khilaf,
membalaskan sakit hati dan membenci secara berlebih

Mengapa kita tidak mau membaca dengan cara yang diajarkanNya
Melalui sifat-sifatNya...
Sesungguhnya kezaliman seseorang adalah kezalimannya kepada Sang Maha Haq...

Kezaliman kepada dirinya sendiri dan bertentangan dengan
fitrahnya yang tersimpan jauh di dalam qalbu

Apabila tengah datang kepada kita suatu kezaliman
Kembalikanlah kepada Tuhan kita, Sang Penguasa Siang dan Malam...
yang ubun-ubun kita dalam genggamanNya...
Marilah kita bermohon doa hanya kepadaNya...
mohonkanlah perlindungan dan pertolonganNya..
Tiada tempat lain yang layak bagi kita untuk meminta pertolongan
kecuali kepada Sang Maha Pelindung...

Tuhanku...karuniakanlah aku
sedikit sifatmu yang Maha Pemaaf,
agar dapat kuredakan amarahku
Agar dapat kuturunkan kesombonganku
Karuniakanlah aku
Sedikit sifatmu yang Maha Penyayang
Agar dapat kulunakkan hatiku
Untuk membalaskan kezaliman dengan kasih sayang
Agar dapat kujalani kehidupan yang Kau karuniai penuh ridho dan syukur...
Agar dapat kulalui waktu tanpa rasa resah...
menanti waktu terindah...di hari penjemputanku
Kembali kepadaMu ya Rabb...Amin


Pos Pengumben, 26 Februari 2011
Nela Dusan

09 September 2012

The Golden Mean Aspect Ratio


Baru-baru ini saya dikirimi oleh mas Mohamad Setiawan, teman di Rumah Kayu Fotografi sebuah link video youtube mengenai golden mean aspect ratio. Yang menarik dari materi yang ditayangkan dalam video itu adalah fakta bahwa bagian-bagian tubuh manusia mempunyai rasio perbandingan yang persis sama, yaitu 1,618.

Selama ini saya pun tidak pernah terpikir untuk mengukur berapa panjang ujung alis kiri sampai ke ujung alis kanan dan membandingkannya dengan lebar ujung bibir kiri dengan ujung bibir kanan atas, atau jarak panjang pangkal lengan kita sampai ke siku berbanding panjang siku sampai ke pergelangan tangan, menurut penelitian para ahli yang melakukan studi tentang itu, memiliki rasio 1,618.

Demikian pula halnya dengan kota Mekah, berdasarkan penelitian para ahli terhadap letak geografis kota Mekah di atas muka Bumi ini jika ditarik garis batas bujur barat ke pinggir barat kota Mekah dan ditarik garis dari batas bujur timur hingga ke batas Timur kota Mekah akan diperoleh rasio jarak sebesar 1,618. Demikian pula jika diukur berdasarkan garis lintang baik secara horizontal maupun diagonal, semua mempunyai rasio 1,618. Kaabah sendiri pun terletak di kota Mekah dengan rasio 1,618 jika ditarik garis dari ujung barat dan timur batas kota Mekah. Seharusnyalah kita tidak perlu heran karena Al Quran di beberapa surat sudah menyebutkan betapa Allah menciptakan segala sesuatu menurut ukuran antara lain bisa dilihat dalam Surat Al Qamar [QS.54] ayat 49. Lebih tegas lagi dalam Surat Al Furqaan [QS.25] ayat 2 disebutkan:

“yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya”.

Oleh karena Allah sungguh memperhatikan ukuran, sifat tersebut pun dikaruniakanNya kepada Manusia mahluk ciptaanNya. Terbukti dalam dunia seni dan arsitektur, manusia pun secara alamiah mempunyai cita rasa tertentu dan mereka menerapkan rasio yang sama dalam karya-karya mereka.

Demikian pula halnya dengan dunia fotografi. Yang menjadi perhatian saya adalah rasio itu di dunia fotografi ternyata sudah sangat dikenal namun istilah yang dipakai adalah “rule of thirds”. Dalam komposisi fotografi, pasti setiap fotografer akan mengetahui mengenai rule of thirds ini. Kini saya jadi paham dari mana rule of thirds itu berasal. Meskipun penyimpangan selalu dimungkinkan, namun terbukti foto dengan komposisi yang menerapkan rule of thirds selalu mendapat nilai lebih dari mata pengamat atau penikmat foto.

Kembali kepada fakta bahwa Kaabah berada tepat di posisi 1,618 kota Mekah dan Mekah sendiri menempati posisi dengan rasio 1,618 di atas muka bumi ini menambah keyakinan saya bahwa Kaabah itu memang merupakan centre of the earth. Jika selama ini saya menganggap demikian karena seluruh umat muslim yang melaksanakan shalat di manapun mereka berada, akan memastikan menghadapkan wajah mereka ke arah Mekah dimana Kaabah berada. Dengan diketahuinya golden mean aspect ratio tersebut, saya jadi bisa membayangkan di atas bumi ini, Mekah dan Kaabah memang merupakan point of interest sebagaimana dikenal dalam rule of thirds dalam dunia fotografi. Dan, hal itu 100% bukan kebetulan.

Allah menciptakan segala sesuatu menurut ukuran dan takarannya. Kini kita tahu apa arti dari kalimat itu. Allah menciptakan bagian-bagian tubuh kita dengan rasio 1,618. Ada kalanya rule of thirds dalam dunia fotografi dilanggar, entah karena sengaja atau tidak sengaja (karena kurangnya pemahaman sang fotografer sendiri mengenai basic composition rule tadi). Pelanggaran itu tidak selalu berarti buruk, apalagi pelanggaran yang disengaja, justru menambah kekuatan tampilan foto.

Jika bagian tubuh kita yang diciptakan dengan rasio 1,618, yang dalam dunia seni dan arsitektur dianggap sebagai rasio yang sempurna (golden mean aspect ratio), diutak atik oleh manusia tentunya akan berdampak pada tampilan manusia itu sendiri. Sebagaimana layaknya pelanggaran rule of thirds yang disengaja pada fotografi, pelanggaran secara sengaja terhadap rasio 1,618 atas bagian tubuh manusia bisa jadi tidak terelakan. Misalnya dalam situasi kecelakaan parah yang dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia tersebut mengharuskan dilakukan tindakan operasi terhadap suatu bagian tubuh manusia yang mengakibatkan berubahnya rasio tersebut. Dalam pandangan saya hal itu seperti kesengajaan pelanggaran rule of thirds dalam fotografi, hasilnya tidak mesti buruk.

Namun, jika pelanggaran rasio 1,618 dilakukan dalam rangka menambah kecantikan melalui operasi bedah kosmetik yang marak terjadi belakangan ini, maka tindakan itu sama halnya dengan pelanggaran rule of thirds yang dilakukan oleh orang yang tidak memahami konsep dasar komposisi. Hasilnya, ya untung-untungan, tapi kebanyakan justru tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan. Tuhan menciptakan manusia penuh perhitungan, termasuk memperhitungkan kondisi jika manusia itu sedang kurus, gemuk, masih muda atau sudah tua. Lalu, muncul ilmu bedah kosmetik yang sedianya ditujukan untuk rekonstruksi terhadap kondisi seseorang yang diakibatkan karena kecelakaan parah yang sifatnya emergency kemudian berkembang menjadi leisure, untuk keindahan (keindahan versi siapa?). Pada saat rasio itu diganggu, maka perhitungan lain-lainnya pun terganggu. Hasilnya, bisa jadi beberapa waktu setelah operasi bedah plastik, seseorang mendapatkan hasil yang dia inginkan, namun seiring berjalannya waktu akan muncul efek operasi yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Setelah memahami golden mean aspect ratio yang diciptakan Tuhan, tentunya tidak mengherankan jika hasil operasi plastik yang sedianya ditujukan untuk menambah kecantikan atau keindahan tubuh, malah berbalik menjadi tindakan pengrusakan keindahan itu sendiri secara brutal. Saya pernah membaca majalah yang pada edisi itu dikupas mengenai kegagalan operasi bedah kosmetik, naudzubillah, sungguh mengerikan. Sebenarnya tidak mengherankan mengingat Al Quran dalam Surat An Nisaa ayat 119 telah memperingatkan mengenai tipu daya syaitan  dalam hal merubah ciptaan Allah dan akibat yang merugikan bagi manusia yang terperdaya akan bujukan syaitan tersebut.

Alhamdulillah Allah berkenan memberikan sedikit pemahaman mengenai golden mean aspect ratio dalam perenungan sejenak setelah melihat video dengan durasi sekitar sembilan menit itu. Mohon maaf jika ada kata-kata yang keliru atau pun tidak berkenan mengingat segala keterbatasan dan kebodohan diri ini. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca renungan ini.

Rasuna, 9 Agustus 2012
Nela Dusan

Bola Karet dan PlatformNya


Layaknya bola karet yang jatuh dari ketinggian, akan mental kembali ke udara begitu menyentuh permukaan yang keras (platform). Sepanjang bola karet itu belum juga menyentuh suatu platform, ia belum akan menghentikan luncurannya.

Jika bola karet itu adalah kondisi tiap2 manusia yang sedang diuji dalam kesulitan, maka platform itu adalah akhir dari kesulitan mereka. 

Jika dipikir2, jarak platform tempat bola karet manusia melambung kembali juga berbeda2, ada yang pendek jaraknya, ada juga bagaikan jurang tanpa akhir. Jauh dekatnya jarak bola karet kita dengan platform, yang kalau diterjemahkan adalah kesulitan dan terjawabnya doa kita sebagai akhir dari kesulitan, juga sangat variatif dan tergantung pada kita sendiri yang sedang melakoni bola karet tadi. 

Kita tidak bisa memaksa penyelesaian persoalan kita menurut cara kita, tapi kita sepenuhnya diberi kendali untuk menentukan sikap kita dalam menghadapi kesulitan yaitu apakah mau bersabar atau memilih ingkar. 

Kita boleh ngotot mencari cara sendiri untuk menyelesaikan persoalan yang kita hadapi, tetapi jika cara itu berbeda dengan cara yang ditetapkan Tuhan, maka platform tadi tidak akan kunjung kita temui. Lucunya kondisi itu sering disikapi dengan pesimisme, "kenapa Tuhan tidak juga menjawab doa saya".

Ada cara yang efektif untuk mempercepat tercapai platform bola karet kita, yaitu ikhlas. Pada saat kita ikhlas menerima dan menyerahkan semua urusan kita kepadaNya secara total, maka Dia akan segera menyediakan platform bagi bola karet kita. 

Nah pada saat itulah situasi yang sebelumnya terasa sempit, rasa terabaikan, kecewa, marah ataupun galau, akan langsung hilang. Pada saat itu kita akan mulai merasa betapa persoalan kita mulai terurai satu demi satu tanpa kita pernah membayangkan caranya sebelumnya. Maka, bersyukurlah sahabat atas segala rahmat yang kita terima, baik dalam kesulitan maupun kesenangan, karena itu sudah ujian yang dipilihkan Tuhan untuk kita.

Mari kita mengosongkan hati dari keinginan mengatur, agar kita  lebih peka mengenali pertolongan Tuhan. Kadang kita terlalu lelah menunggu dikabulkannya doa kita sehingga tidak lagi mampu mengenali bahwa sebenarnya Tuhan sudah memberikan penyelesaian atas urusan kita bahkan dengan cara yang lebih indah dan baik bagi kita.

Rasuna, 11 Agustus 2012
Nela Dusan