12 February 2011

Untuk Suamiku Tersayang

Kita memulai semuanya dengan modal seadanya
Namun kita tidak pernah takut melangkah
Yakin karena niat kita satu…menuju ridha Sang Pencipta

Hari demi hari kita lalui
Perjuangan mendapatkan rumah…berhasil
Doa agar dikaruniai buah hati…pun terkabul
Keinginan kita semakin menanjak…
Penghasilan yang dulu tak terbayangkan kini sudah di tangan

Ujian demi ujian…
Cobaan datang silih berganti
Alhamdulillah kita mampu bertahan
Ingatkah engkau suamiku…
janji Allah kepada mereka yang mengaku diri beriman
Pasti akan diselipkanNya suatu ujian bagi mereka
Untuk mengingatkan kita betapa diri kita tidak berdaya…
Meskipun telah ada segudang harta…
bertimbun rejeki yang datang dari segala arah…
Akankah kita masih bersyukur kepadaNya…Yang Maha Pemurah
Akankah kita takut untuk bermaksiat
semata karena tidak ingin mendapat murka dariNya…
Yang Tidak Terlihat
Atau…
Justru kita menjadi pongah melangkahkan kaki kita di atas bumi ciptaanNya
Di saat tangan kita semakin rakus mengais rejeki
Malah bersikap semakin jumawa mengumbar nafsu ke seantero dunia
Melupakan rahmat, nikmat dan kasih sayangNya…
Menginjakkan kaki dengan sombongnya dengan langkah yang bahkan tanahpun
menyerukan kemuakan mereka…sungguh tidak rela kaki kita mengotori mereka

Suamiku tercinta…
Aku sungguh berharap engkau menyadari
Betapa terbatasnya pilihan tempat kita kembali
Kelak hanya akan ada pintu surga dan pintu neraka
Melalui manakah engkau dan aku akan datang…?

Aku menyadari…sungguh
Tiada ujian yang ringan
Allah menguji kita melalui penderitaan dalam kemiskinan
Juga kelimpahan harta dalam kekayaan
Sepantasnya kita bersyukur
Allah memberikan kita ujian dalam kenikmatan
Karenanya…nikmatNya yang mana lagi yang engkau ingkari?

Suamiku tercinta…
Panjangnya waktu perkawinan
Menambah warna warni sejarah hidup kita
Kala usia semakin bertambah, tak patut hanya mengandalkan cinta
Cinta seperti apakah gerangan yang kau harapkan
Penuh nafsu merebak membakar sukma, mengatur raga, menggelapkan mata?
Ataukah mencinta karenaNya?

Di usia kita yang menginjak paruh kedua babak hidup kita
Semoga kecintaanmu pada dunia semakin meredup
Berganti dengan cintamu kepada Sang Maha Haq
Membuncahkan kesadaranmu pada kehidupan setelah pulang kelak
Sungguh tempat kembali kita hanya dua,
Menuju surga atau neraka…

Suamiku tersayang…
Tentunya aku masih mengharapkan curahan cinta dan kasih sayangmu
Bersama mencurahkan kasih sayang dan perhatian kepada anak kita
Bisa jadi cintamu kepadaku mulai memudar bahkan bisa hilang sekalipun
Insya Allah kuterima dengan lapang dada…

Akan kuusahakan untuk menganggap kehilangan cintamu kepadaku tidak lebih sebagai suatu kesedihan…bukan musibah
Masih dapat kusyukuri…
Namun, kehilangan cinta dan kasih sayang dari Sang Maha Pencipta…sungguh tak tertahankan
Itulah musibah yang sebenar-benarnya musibah…
Semoga engkau menyadarinya…

Rasuna, 31 January 2011
Nela Dusan

No comments: