21 May 2008

Selamat Ulang Tahun ke 40 Saudaraku…


Tahun 2008 ini tahun yang istimewa buat sebagian dari kita, khususnya semua manusia-manusia kelahiran tahun 1968. Kenapa demikian? Karena sebagian dari mereka, telah atau, termasuk saya sendiri akan menginjak usia empat puluh pada tahun 2008 ini.
Saya sangat terkesan dengan usia empat puluh tahun dan punya alasan tersendiri untuk merasa betapa berbahagianya saya seandainya masih diberi kesempatan untuk mencapai usia empat puluh tahun tersebut. Kita sudah sering mendengar ungkapan versi orang Barat yang mengatakan ‘life begins at forty’ artinya hidup kita baru dimulai pada usia empat puluh, lantas kemana sajakah kita selama ini?

Saya ingin mengungkapkan keterkesanan saya terhadap usia empat puluh tahun tersebut. Jika kita renungkan usia empat puluh itu merupakan perjalanan seorang manusia yang sudah mencapai ¾ jalan hidupnya, jika kita perkirakan usianya sekitar 60 tahunan atau separuh perjalanan jika seseorang tersebut bisa bertahan hidup sampai usia 80 tahun. Usia empat puluh tahun hendaknya menjadi sebuah momentum penting dalam hidup seorang manusia. Saat yang tepat untuk menengok ke belakang, mengevaluasi pencapaian perjalanan ¾ hidup kita selama ini. Juga saat yang tepat untuk menatap masa depan yang sudah tak banyak lagi sisanya itu. Usia empat puluh tahun adalah usia yang sangat pas untuk mengembalikan jati diri kita sebagai mahluk ciptaanNya, mendapati refleksi diri kita dalam perjalanan singkat kita selama hidup di dunia fana ini.

Seorang ibu mengandung anak, melahirkan sampai masa sapihnya semua dikatakan tiga puluh bulan, kemudian setelah tiga puluh bulan itu, sang anak tumbuh menjadi balita, remaja, dewasa dan tua. Dari lima siklus manusia tersebut, secara khusus Allah swt dalam surat Al Ahqaaf menggarisbawahi usia dewasa dengan menyebutkan sejak tiga puluh bulan sampai seseorang menjadi dewasa dan sampai pada usianya empat puluh tahun ia berdoa serta bertobat kepadaNya.

Bagi saya disebutkannya secara khusus usia empat puluh tahun dalam Al Qur’an merupakan pertanda betapa pentingnya usia ini dalam kehidupan seorang manusia. Kita semua adalah manusia-manusia yang tidak lepas dari siklus kehidupan yang disebutkan dalam surat Al Ahqaaf tersebut, kita itulah yang selama sembilan bulan berdiam dalam rahim ibu kita masing-masing, hidup dari dan merasakan nikmatnya air susu ibu kita pada awal kehidupan kita, mulai menjadi balita, melalui fase kenakalan remaja yang memusingkan orang tua kita, mulai menapaki jalan menuju usia dewasa yang terkadang malah menjauhkan kita dari orang tua, bahkan Tuhan kita. Usia dewasa dua puluhan telah lama kita lalui, usia dimana dunia tampak terbuka lebar untuk kita yang saat itu baru mulai bekerja dan merasakan nikmatnya memiliki uang sendiri.

Jika kita kembali melihat dua puluh tahun ke belakang, apa sajakah yang sudah kita lakukan selama ini pada saat kita sudah memperoleh nikmat demi nikmat yang sudah diberikan Allah kepada sebagian dari kita, mungkin dengan prestasi kelulusan kuliah yang cemerlang, kemudahan mendapatkan pekerjaan, perolehan gaji yang relatif besar, promosi demi promosi yang kita lalui hingga sampainya kita di usia empat puluh. Dua puluh tahun adalah waktu yang cukup panjang namun singkat. Terasa panjang karena barangkali di antara kita, termasuk saya sendiri, banyak menghambur-hamburkan waktu tanpa arti. Padahal, sungguh kita tidak akan hidup selamanya di dunia ini. Bagi saya usia empat puluh kurang lebih sama dengan kegiatan kita berkemas-kemas pada malam terakhir dalam suatu kunjungan singkat kita di suatu tempat untuk kembali lagi ke rumah kita. Dunia ini hanya tempat persinggahan sementara, maka dari itu mari kita mulai berkemas untuk bersiap diri meninggalkannya untuk menuju rumah kita yang sebenarnya nanti.

Sebagian dari kita mungkin ‘merayakan’ ulang tahun ke empat puluh dalam suasana duka, gundah karena persoalan hidup yang menghimpit, menyesakkan dada, seolah tidak ada peluang untuk mencari jalan keluar. Sebagian lagi barangkali ‘merayakannya’ dengan air mata kesakitan karena penyakit yang diderita dan belum tersembuhkan. Bagi sebagian lainnya dari teman-teman barangkali baru saja mendapatkan promosi di usia empat puluh ini sebagai hasil dari kerja keras kita dalam dua puluh tahun terakhir ini. Namun banyak pula yang dapat ‘merayakan’ hari jadinya yang keempat puluh itu penuh dengan suka cita di restaurant hotel berbintang lima, dalam keadaan berkelimpahan harta, dikelilingi oleh keluarga atau sahabat-sahabat. Sungguh beruntung berkesempatan mendapatkan kelimpahan nikmat seperti itu.

Bagaimanapun kondisi kita pada saat mencapai usia empat puluh itu tidak lepas dari peringatan Allah swt kepada kita dalam Surat Al Baqarah “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” [2.155].

Jadi segala bentuk kesulitan, kesedihan, kesakitan, kebahagiaan atau bahkan kenikmatan harta dan jabatan, semua tidak lebih dari sekedar ujian dari Zat Yang Maha Kuasa kepada kita semua. Allah ingin melihat seperti apa kita yang sebenarnya dalam keadaan sulit, sedih, menderita, senang, kaya atau jaya. Sejauh mana kita amanah sebagai mahluk ciptaanNYa atau akankah kita malah mendurhakaiNya? Teringat saya akan ayat dalam Surat Ar Rahman, “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” sebuah pertanyaan yang diulang sebanyak 31 kali, yang menyuruh kita merenung sudahkah kita mensyukuri segala yang kita miliki selama ini, baik keadaan kita yang sedang sulit, sedih, sakit, bahagia, kaya raya dan jaya itu. Sesungguhnya Allah senantiasa menguji setiap orang yang mengaku telah beriman kepadaNya, ujian tersebut bisa saja dalam bentuk kesulitan ataupun kesenangan (Surat Al ‘Ankabuut [29.2] “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?”)

Melalui surat Al Ahqaaf, Allah telah memberikan isyarat kepada kita semua, jalanilah hidup ini. Terlepas dari segala kebodohan kita sebagai manusia yang terkadang membiarkan diri kita terhanyut sejenak untuk segala hal remeh yang tiada berarti, bahkan terkadang malah merugikan kita sendiri sebenarnya. Apapun yang sudah kita lakukan selama puluhan tahun ke belakang, jangan lewatkan kesempatan berharga ini. Di usia ke empat puluh kembalilah kita kepada Allah dengan membawa segudang dosa selama perjalanan hidup empat puluh tahun di dunia ini, berdoa dan memohon ampunanNya, bertobat kepadaNya, sang Al Tauwaab, maha penerima tobat dan maha pengampun.

Benar adanya, akhir itu lebih baik daripada awal. Tidak penting kita telah menjalani hidup ini dengan baik jika kita mengakhirinya justru dalam keadaan merugi. Sebaliknya, tidak usah berkecil hati jika selama ini kita banyak melakukan kebodohan atau menimbun dosa, sepanjang kita bisa dapat menuntaskan hidup di dunia ini dengan taubatan nasuha, mengembalikan diri kita kepada Sang Khalik, Zat Yang Maha Pemaaf dan Pengampun dalam keadaan khusnul khatimah. Tidak berarti sebelum kita menginjak usia empat puluh kita bisa bersantai atau jika kita telah melewati usia empat puluh artinya terlambat untuk berdoa dan memohon tobat, berapapun usia kita saat ini Allah Al Tauwaab, Al Ghaffar Maha Pengampun bagi orang-orang yang berdosa tidak pernah memberikan batas waktu terakhir penerimaan tobat, sepanjang kita belum mengalami sakratul maut. Hanya saja persoalannya kita tidak pernah tahu kapan maut akan menghampiri kita, akankah kita sempat melakukannya?

Sungguh saya tidak bermaksud menggurui teman-teman semua, sungguh ilmu yang saya miliki sama sekali tidak lebih hebat dari teman-teman lainnya. Barangkali saya baru sekedar tahu satu atau dua ayat, namun yang ingin saya bagi dengan teman-teman adalah kesan dan apreasiasi saya terhadap satu atau dua ayat itu, sebagai pengetahuan yang mudah-mudahan bermanfaat bagi teman yang belum mengetahuinya, atau sebagai pengingat bagi teman-teman yang sudah sangat fasih terhadapnya. Saya hanya ingin menjalankan salah satu perintah Allah dalam surah Al Ashr, saling nasihat menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Semoga Zat Yang Maha Membolak balik Hati senantiasa menetapkan iman di dalam hati kita dan menundukkan kesombongan yang tersembul, jika kita belum mampu menyingkirkannya, dari dalam diri kita.
Amin.
Rasuna, 10 Mei 2008
Gusnelia Tartiningsih (Nela Dusan)

046. AL AHQAAF

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". [46.15]


No comments: